Surat Tahunan

Saya menulis surat ini setelah satu tahun pandemi.

Saya Jati, dan ini adalah pertama kalinya saya menulis surat tahunan, dengan senang hati saya akan menyampaikannya.

Tahun 2018 saya memulai hobi suka berkirim kartu pos ke teman saya yang ada di berbagai negara. hal itu sedikit berbeda selama tahun 2020 karena pandemi Covid 19. Semua penerbangan ditunda ataupun dibatalkan sehingga berkirim kartu pos tidak memungkinkan lagi. saya mencari cara agar tetap terhubung dengan teman saya melalui media sosial. meskipun saya tidak begitu antusias dengan sosial media. Tidak hanya teman dari luar negeri, teman di indonesia pun sulit untuk dijangkau karena situasi yang kita alami tidak memungkinkan untuk bertemu dan alat komunikasi jarak jauh seperti handphone dan pertemuan daring menjadi alat yang paling dibutuhkan.

Selama setahun terakhir, banyak dari kita yang mengalami realitas itu sendiri untuk pertama kalinya. Hampir setiap keputusan sekarang hadir dengan pertimbangan baru: bagaimana kita meminimalisir tertular atau menyebarkan COVID-19? jika Anda kesehatan menurun–Anda akan kawatir tertular virus mematikan–konsentrasi Anda akan terganggu pada hal lain. Sehingga muncul kosa kata baru yang terdengar seperti “jaga jarak” –yang mana saat Anda mendengar kata itu di tahun 2021 sudah menjadi kosa kata yang umum digunakan.

Saya menyadari tekanan yang besar saat saya tidak bisa pergi keluar seperti biasanya karena kekhawatiran baru yang muncul dan disusul dengan situasi yang diluar kendali. Sejak saat itu, menyadari betapa seriusnya dampak pandemi virus yang baru ini. tahun 2020 saya seperti kebanyakan orang pada umumnya, menjalani aktivitas rutin dengan beberapa agenda mendatang. Dan saat itu, Saya perlu penyesuaian–bahkan dibatalkan.

Namun penyesuaian yang Saya lakukan tidak seberapa dibandingkan dengan dampak pandemi terhadap orang lain. COVID-19 telah merenggut nyawa, membuat jutaan orang sakit, dan mendorong ekonomi global ke dalam resesi yang menghancurkan. Satu setengah miliar siswa kehilangan waktu di sekolah, dan beberapa mungkin waktunya tidak akan pernah kembali. Pekerja kesehatan melakukan pekerjaan yang sangat berat dengan risiko yang sangat besar bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Stres dan isolasi telah memicu dampak yang luas pada kesehatan mental. Dan keluarga di setiap negara harus melewatkan begitu banyak momen terpenting dalam hidup — wisuda, pernikahan, bahkan pemakaman. (Ketika Idul fitri tahun lalu, itu menjadi lebih menyakitkan karena Saya tidak bisa berkumpul bersama dengan keluarga dan teman)

Saya mungkin akan mengingat bahwa beberapa bulan terakhir mungkin menjadi titik paling menyakitkan dalam hidup saya sejauh ini. Tapi harapan ada di depan mata. dunia sudah mulai pulih dengan penemuan vaksin baru, tes dalam jumlah yang besar sehingga diharapkan dapat mengembalikan kurva secara signifikan. begitu pun dengan saya–yang mana bisa lebih optimis terhadap diri saya dan realistis terhadap apa yang diperlukan untuk bisa sejauh ini. Hal ini mengajarkan pada saya bahwa di tahun ini kita bisa sesekali pesimis dan mengambil waktu untuk merenungkannya. kemudian kita bisa berusaha lagi untuk optimis dan belajar beradaptasi, sekecil apa pun usaha yang sudah kita lakukan akan berdampak sangat besar untuk diri kita sendiri dikemudian hari.

Saya menyadari bahwa saya tidak sendirian dan ada jutaan orang yang seperti saya yang terkena dampak pandemi ini. Saya harus menyesuaikan diri dengan situasi ini misalnya karena hampir sepanjang tahun saya habiskan di dalam ruangan. Hingga saya menemukan suatu aplikasi untuk terhubung dengan orang lain secara anonim dan itu seperti berkirim kartu pos online.

Suatu hari, di pertengahan tahun 2020, saya membaca artikel di internet tentang bagaimana terhubung dengan orang-orang. Dari sanalah muncul nama “Slowly”. itu menarik perhatian saya hanya dari namanya. Saya harus mengatakan saya tidak pernah memiliki pengalaman menulis surat secara anonim dengan orang asing di negara saya, dan terlebih lagi dengan orang dari negara lain.

Saya membuat profil dan mengirim beberapa pesan acak ke orang-orang dari beberapa negara dan termasuk yang dari indonesia. begitulah cara saya memulai petualang mengirim pesan / surat secara anonim.

sudah beberapa bulan terakhir saya berada di Slowly di mana saya berkomunikasi dengan banyak orang dari berbagai kota. Di sini, di sela-sela, saya mendapatkan banyak wawasan berguna tentang cerita yang menghibur, posting foto lanskap yang menginspirasi, diskusi yang sehat, belajar bahasa yang belum pernah saya dengar sebelumnya, berbagi hobi yang sama, dan yang terpenting memahami cara berkomunikasi melalui tulisan.

Tidak hanya itu juga, Agustus tahun lalu saya mengaktifkan kembali blog yang sudah saya buat tahun 2019 lalu. Melalui Slowly dan blog, saya sekali lagi memulai kebiasaan menulis.

2020 bagi Saya.

Tahun 2020 bagi saya adalah tentang bersyukur dan penerimaan. saya belajar bahwa apa yang menurut saya tidak bisa, justru malah bisa kita lakukan karna keyakinan kita sendiri. Bahwa apa yang selama ini menurut kita tidak mungkin justru malah jadi kemungkinan yang terbaik untuk diri kita sendiri. Dan juga di tahun ini saya belajar untuk harus bisa memaksa diri saya sendiri untuk bisa keluar dari zona nyaman, jika saya selalu berada di zona nyaman, tentunya saya tidak akan belajar banyak, belajar bagaimana caranya berjuang, belajar bagaimana caranya ikhlas, belajar bagaimana caranya yakin sama diri sendiri, dan tentunya belajar bagaimana caranya untuk tetap bertahan walau banyak rintangan yang saya hadapi.

Bagi saya, itu adalah cara bagi saya untuk memahami diri saya sendiri dan menerima diri saya sendiri. dan Sekarang saya bisa dimengerti dan akhirnya saya bisa merayakan menjadi Saya.

ttd biru

5 April 2021.